Oktober 2006
Ini adalah diskusi dengan seorang mengenai makanan haram dan halal
Mereka berpatokan pada Imamat pasal 11 MENGENAI MAKANAN HARAM
Dear all in Christ,
Sekali lagi saya mencoba menanggapi tanpa menyalahkan siapa –siapa karena berbicara doktrin ibaratnya ada 2 garis yang berjalan berdampingan terus sampai akhir zaman, ….. bayangkan jika sudut kedua garis itu mulai melebar maka lama –kelamaan seiring waktu berjalan sudut kedua garis itu semakin besar demikian juga dengan doktrin – doktrin…. But don’t worry dengan semakin banyak pandangan maka kita akan melihat bahwa sebenarnya untuk selamat maka kita harus menjadi sempurna dan jujur kita tak akan mampu mematuhi semua doktrin itu secara sempurna , HANYA OLEH KARENA KASIH ALLAH MAKA KITA SEMUA DISELAMATKAN AMIN.
Perbedaan pandangan dalam Kekristenan memang selalu ada sejak dari zaman dulu namun yang harus kita pahami bahwa perbedaan itu tidak membuat kita semakin jauh dari Kasih karunia malahan sebaliknya kita bisa mendalami lebih banyak mengenai kasih Tuhan kita yang begitu besar yang tak sebanding dengan pengetahuan kita.
Jemaat Korintus dan Roma pun tak lepas dari fenomena ini sehingga Paulus perlu mengirimkan Surat-suratnya untuk menetralisir ( bukan memihak satu pihak ). Paulus adalah orang yang penuh Roh Kudus dan memiliki hikmat yang sudah dikaruniakan Allah padanya. Paulus adalah lulusan cum’ Laude dari sekolah Gamaliel jadi untuk hikmat dan kepintarannya tak diragukan lagi, makanya sangatlah tepat Allah mau memakai dia untuk penyebaran Injil bagi orang diluar Israel. Seolah –olah Allah mau melengkapi ke dua belas Rasul yang satunya hilang ( Yudas Iskariot )dalam diri Paulus.
Salah satu kesulitan bagi Injil untuk berkembang adalah karena kesebelas murid lain masih berhaluan Yahudi sentris : salah satu yang paling ketat adalah soal makanan yang dipertahankan turun temurun bahkan dalam hal table manner seperti yang di alami murid –murid Tuhan Yesus ketika makan tanpa mencuci tangan Karena itulah Allah memakai Paulus untuk menyebarkan injil kepada bangsa –bangsa lain. Paulus sendiri mengklaim akan hal ini ( Galatia 1 : 7 – 14 ) Disitu Paulus mengkritik Petrus yang plin –plan karena sesekali makan dengan orang tak bersunat dan sesekali makan dengn orang bersunat. Kita tak tahu apakah jenis makanan orang Yahudi dan orang tak bersunat, namun jelas Paulus menuding Petrus berlaku tidak fair karena ia pernah menyatakan penglihatan Allah kepadanya tetapi kemudian berlaku seolah –olah ia masih menentang memakan orang tidak bersunat.
Salah satu surat yang menjelaskan hal ini adalah dalam surat Roma pasal 14 Dalam surat ini Paulus berdiri di tengah dengan mengatakan bahwa jika kita menetapkan diri kita untuk tidak makan sesuatu maka boleh saja dilakukan asal jangan memaksa kehendak orang lain dan jika kita yang makan jangan memaksa orang yang tidak makan untuk makan.
Paulus juga memberi suatu statement bahwa makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah ( I Korintus 8 : 8 )
Ada ayat lain : Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan tetapi keduanya akan dibinasakan Allah ( I Korintus 6 : 13 )
Demikian juga ayat ini : Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur,
sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa. ( I Timotius 4 : 4 – 5 )
sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa. ( I Timotius 4 : 4 – 5 )
Dan ayat yang paling terkenal Roma 14 : 17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus
Bila kita renungkan lebih jauh maka kehiupan kita setelah dibenarkan oleh Allah kita hidup dengan damai sejahtera dengan Allah ( Roma 5 : 1 ). Damai sejahtera Tuhan sudah tinggalkan bagi kita ( Yohanes 14 : 27 ), dan membaca kitab Roma 14 ini kita lihat bahwa Paulus mengajak kita mengejar damai sejahtera ( Roma 14 : 19 ). Selanjutnya Paulus menetralisir perbedaan ini dengan ayat –ayat selanjutnya ayat 20 – 23
Imamat 11 jika ditafsir adalah anjuran kesehatan karena memang daging makanan tsb bila dikonsumsikan akan berdampak pada kesehatan kita, namun pada hakekatnya itu bukan sesuatu yang mengikat tetapi lebih bersifat aturan pendisiplinan diri. Memang aturan taurat jika masih tetap dipakai pada zaman Anugrah ini maka hukum kasih sudah tak berlaku lagi sebaliknya akan muncul legalisme dan sebaliknya jika kasih tanpa hukum maka akan terjadi sesuatu yang liar. Taurat selalu menekankan hukuman seperti aturan mainnya
HUKUM TAURAT : JIKA KAMU LAKUKAN INI YANG TIDAK SESUAI MAKA HUKUMANNYA ADALAH INI ( Sudah terpola )
HUKUM KASIH : JIKA KAMU LAKUKAN KESALAHAN HARUS MINTA AMPUNAN ( mendapat kasih karunia I Yohanes 1 : 9 )
Catatan : jangan kita mempergunakan hokum kasih ini untuk senantiasa berbuat dosa ( Galatia 5 :13, Roma 6 :2 ), tetapi lewat kesalahan –kesalahan kita semakin mengerti kelemahan kita dan harus maju meninggalkannya dengan terus menjaga kekudusan …inilah yang disebut bertumbuh dan diperbaharui sehingga kita akan mengenal kehendak Allah yang baik dan berkenan dan yang sempurna ( Roma 12 : 2 )
Jadi sekali lagi segala perbedaan ini tidak akan menyebabkan kita kehilangan keselamatan kita karena kita diselamatkan oleh iman bukan perbuatan kita AMIN
Perbedaan doktrin ada dan akan selalu ada tetapi semua itu sudah tak menghalangi kita untuk diselamatkan , sebab kita diselamatkan oleh iman kita yang meresponi karya keselamatan yang sudah dilakukan oleh Tuhan Kita
Sebab pengetahuan kita belum lengkap dan nubuat kita tidak sempurna , jika yang sempurna itu datang maka yang tidak sempurna itu akan lenyap ( I Kor 13 : 9 – 10 )
GBU ALL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar